Bedah Buku Satanic Finance (Keuangan Setan) Karya A. Riawan Amin



Judul: Satanic Finance, True Conspiracies
Penulis: A. Riawan Amin
Editor: M. Luthfi Hamidi
Penerbit: Celestial Publishing 
Cetakan Pertama April 2007
Cetakan Keempat November 2008

Sinopsis
Bencana finansial, tak ubahnya bencana alam. Sama-sama berakibat kesengsaraan. Namun siapa sangka, bencana itu tercipta, bukan dari proses kebetulan, tapi kreasi dari para setan dan manusia-manusia yang menjadi agen binaannya.

Melalui "Tiga Pilar Setan" -fiat money, fractional reserve requirement, dan interest- gonjang-ganjing ekonomi, dan keuangan akan terus terulang. Korban demi korban akan terus berjatuhan. Sementara itu para dewa penolong palsu berdatangan. Mereka hadir dengan segepok tawaran utang. Manusia, para pemimpin negara, yang tidak sadar dalam bahaya, gampang silau dan termakan bualan. Bukan nikmat yang didapat, tapi cekikan yang mematikan.


Buku ini menggugah kesadaran baru betapa krisis ekonomi by design diciptakan. Sistem ekonomi yang yang dianggap final saat ini, sangat eksploitatif dan akan terus memakan tumbal. Bagaimana setan merancang kehancuran ekonomi? Siapa-siapa yang menjadi kolega mereka? Apa saja rahasia dan trik-triknya, semua diungkap secara lugas, dan transparan.

Buku ini menarik, bukan hanya dari isinya yang menggelitik. Tapi juga karena penuturannya yang segar. Konten ekonomi pelik, disampaikan dengan bahasa sederhana, Nyaris  seperti kisah. Namun, Anda pembaca, disuguhi fakta-fakta yang menyadarkan, apakah kita dipihak korban, atau jangan-jangan di pihak setan.

Satanic Finance, mungkin ini kalimat yang baru terdengar di telinga mayoritas masyarakat Indonesia, tidak terkecuali para pelajar yang kurang asupan peringatan tentang ilmu ekonomi yang harus diperangi. Teori-teori fital yang memang wajib untuk diperangi oleh generasi muslim di akhir zaman ini.

Apa itu sebenarnya SATANIC FINANCE?!

Satanic Finance adalah sebuah praktek kotor para setan dalam mendominasi sistem ekonomi yang berkonsentrasi pada keuangan dunia. Praktek-praktek yang dilakukan hanya punya satu tujuan, yaitu menghancurkan perekonomian dunia, menggencarkan kemiskinan yang berakibat pada tindak kriminal dan kejahatan lainnya serta memudarkan sisi kemanusiaan dan keberadaban yang berujung pada penjerumusan manusia ke dalam neraka. Telah jelas dalam buku ini ditulis bahwa semua yang terjadi bukan merupakan kebetulan semata melainkan skenario dan kerja keras para setan yang tidak terlihat secara kasat mata namun direalisasikan dengan sukses oleh mereka. Penetrasi pada sistem ekonomi adalah satu prestasi terbesar mereka, kehancuran ekonomi itu karena sistem moneter yang dipakai dunia saat ini, setiap kemajuan kapitalis dimotori riba sebagai dasarnya. Bunga, transaksi logam emas berharga diganti secarik kertas tidak berharga hingga dilengkapi dengan persyaratan cadangan wajib (Fractional Reserve Requirement)yang berakibat pada inflasi atas sebab penggandaan uang.

Buku ini merangkum berbagai praktek kotor setan dalam lima bab yang dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan diceritakan seakan-akan berasal dari sisi kaum setan itu sendiri.

Bab pertama menjelaskan tentang The Three Pillars Of Evil atau Tiga Pilar Setan yang diawali dengan sebuah ilustrasi dalam kisah Sukus dan Tukus dimana ke-dua suku ini yang awalnya hidup dalam keharmonisan dengan kekayaan alam dan kebersamaannya dan pada akhirnya mulai memudar hingga hilang dan berakhir dengan kemiskinan karena  pengaruh buruk sistem ekonomi setan yang dikemas dengan cerita yang semenarik mungkin diceritakan kepada penduduk suku hingga mereka terpengaruh dengan rayuan dua utusan setan ini. Diawali dengan penukaran sistem transaksi dengan menggunakan uang kertas (fiat money) yang diciptakan tanpa didukung (backed) dengan logam mulia. Ketika penciptaan uang melebihi jumlah barang, inflasi terjadi dan harga-harga barang dan jasa terus naik hingga menimbulkan kemiskinan dimana-mana. Berlanjut pada syarat cadangan wajib (Fractional Reserve Requirement)yang mensyaratkan setiap bank di wilayah otoritasnya menyimpan sebagian kecil dana yang disetorkan deposan sebagai cadangan untuk memenuhi kondisi normal permintaan deposan yang menarik depositonya. FRR  menempatkan bank (bukan hanya bank sentral) sebagai agen yang turut menggandakan uang secara tidak langsung melalui kredit yang diberikan bank dari dana deposito deposan dan akhirnya dilengkapi dengan sistem pengkutipan bunga (interest) yang diartikan sebagai biaya servis pinjaman. Ada tiga konsekuensi utama berlakunya bunga. Pertama, bunga menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi terus-menerus meskipun sudah mencapai titik jenuh. Kedua, bunga mendorong persaingan antara pemain ekonomi itu sendiri. Ketiga, bunga cenderung memposisikan kesejahteraan pada segelintir minoritas dengan memajaki kaum mayoritas.

Bab kedua dengan jelas menuturkan masalah utang yang berasal dari individu maupun negara. Dalam dunia setan, utang adalah cara mudah untuk menjebak anak adam ke dalam dosa. Ujung-ujungnya mereka melepas tali silaturahmi hingga saling membunuh. Utang mayoritas dipengaruhi oleh kebutuhan konsumtif, padahal itu hanyalah kebutuhan tersier. Orang tidak bisa lagi mengontrol dan merencanakan uangnya dengan baik. Semakin parah ketika dunia mengenalkan credit card.

Inilah produk unggulan yang juga berfungsi seperti fiat money karena secara jelas menambah dan menggandakan uang beredar yang berakibat pada keharusan membayar bunga dan denda atas keterlambatan. Utang mendorong manusia untuk menjual segala asetnya ketika sudah terhimpit dan tidak sanggup lagi untuk membayar. Ini juga terjadi pada sektor pemerintahan yang secara jelas kita lihat pada perekonomian Indonesia di tahun 1998 atas pinjaman dana dari IMF yang menjadikan Indonesia sebagai negara budak, dimana intinya utang berbuah pada perbudakan.

Pada bab ketiga, buku ini membahas tentang pengeksploitasian oleh mata uang Dollar.
Fiat money dijadikan alat eksploitasi yang memungkinkan penguasa untuk mendapatkan semua yang berharga tanpa modal apa-apa. Kekuasaan bisa mendiskretkan uang kertas yang seolah-oleh sebaik logam berharga atau kekayaan lain yang serupa. Dalam logika keuangan, cek sama seperti utang. Dimana si penulis cek memiliki utang kepada si penerima cek. Selama cek itu tidak benar-benar dicairkan, si penulis cek akan terbebas dari biaya tagihan cek.

The fed lah pelopornya. The fed juga yang berhak menerbitkan dan mencetak Dollar. Sebuah institusi yang memiliki otoritas untuk mencetak uang, bukan milik negara malah sebaliknya, lembaga ini milik pihak swasta. Disini mereka bebas untuk mengeksploitasinya. Kesempatan memonopoli keuangan global, atas nama warga Amerika. Motto In God We Trust di lembar denominasi Dollar sejujurnya menjadi hikmah tersendiri bagi kaum setan setelah sempat tidak senang dengan motto ini. Dengan menjalankan motto ini, dollar seolah-olah menjembatani dunia para kaum beragama dalam saling tolong-menolong, berbuat kebajikan dan berbagi. Namun dalam kenyataannya, dollar malah dijadikan alat eksploitasi, memerangi yang lemah, menyuburkan kekacauan, serta mendukung peperangan. Sempat terjadi Dollar Over Hang pada tahun 1960 ketika nilai dollar yang disimpan sebagai cadangan devisa oleh negara-negara mitra AS sebagai cadangan setiap dollar yang mereka cetak. Ketika ini terjadi, De Gaulle, presiden Perancis ke 5 yang melakukan regim moneter dan mengajak negara-negara di dunia untuk kembali kepada emas dan diikuti oleh negara Spanyol.

Pada Agustus 1971, berakhirlah sistem Bretton Woods, yaitu sistemyang melahirkan tiga institusi keuangan dunia yaitu Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia. Dollar diserahkan penuh kepada pasar dan tidak lagi di back-updengan emas. Inilah awal dollar tidak lagi menjadi mata uang yang netral, dimana negara AS lah yang berhak mencetak dollar dan masyarakat dunia yang menyediakan produk untuk ditukar dengan dollar.

Sedangkan bab keempat memaparkan tentang The Heaven’s Currency yaitu Dinar dan Dirham. Dalam buku muqaddimah, Ibn Khaldun menulis, Tuhan menciptakan dua logam mulia untuk menjadi alat pengukur nilai/harga. Sebagai alat ukur, logam mulia bisa dibilang sebagai mata uang surga (Heaven’s currency) karena fungsinya dalam menjaga keadilan yang menjadi salah satu ciri utama penghuni surga. Dinar dan Dirham dibuat dari bahan yang berharga, yaitu emas dan perak yang layak dijadikan mata uang universal. Di mata setan, penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang akan merusak Three Pillars of Evil.

Uang kertas semula adalah surat utang yang akan dibayar oleh penerbitnya yaitu pemerintah. Namun, ketika pemerintah mendeklarasikan bahwa uang itu tidak bisa lagi ditukar dengan logam, otomatis kontrak untuk membayar uang tidak terlaksana. Dalam Islam, utang tidak bisa dijadikan sebagai alat tukar. Penggunaan utang sangat terbatas pada kontrak yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kembali lagi kepada logam. Apakah adil, Sumber Daya Alam diambil dan ditukar hanya dengan kertas yang sangat tidak bernilai? Tentu tidak. Selama ekonomi masih difasilitasi dengan fiat money, keadilan tidak akan pernah tegak.

Bab kelima memberi energi positif untuk sebuah peran yang disebut dengan El Libertador. El libertador adalah sebuah sebutan yang dicetuskan oleh Simon Bilovar sebagai sebuah perlawanan dan pembebasan. Di sini diaplikasikan dengan sebuah pengertian yakni El Libertador adalah sebuah perlawanan dengan menyuarakan perlunya sistem baru yaitu duplikasi terhadap sistem perbankan Islam yang bertujuan untuk merobohkan sistem bunga (Interest) yang merupakan salah satu dari tiga pilar setan. Rupanya setan tak habis ide untuk menghancurkannya. Akhirnya mereka mempengaruhi para pemimpin untuk merubah kata Islam menjadi Syariah dalam dunia perbankan. Sedangkan, Islam sebagai ideologi mencakup empat elemen yaitu Aqidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak. Dengan diganti menjadi ‘Bank Syariah’, pesan ini telah dipangkas. Syariah juga bisa diartikan sebagai syariah menurut agama lain. Dari sini dibuatlah berbagai spekulasi bahwa bunga tidak riba karena bukan merupakan penggandaan hingga godaan kepada bank syariah besar untuk memisahkan diri dari bank syariah yang mulai berkembang. Inilah usaha para setan, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini dengan ilmu, iman dan akhlakul karimah. Siapkan diri kita untuk menjadi el libertador. Tidak sedikit ujian dan cobaan ketika kita berjuang, namun dengan semangat dan keikhlasan untuk mempertahankan kebenaran, insyaAllah semuanya akan berbuah manis.


Komentar
Bukti nyata dirasakan oleh Indonesia sebuah negara kaya tapi banyak masalah ini, pada tahun 1998 terjadi krisis multidimensi yang berakar pada krisis moneter. Rupiah merosot tajam terhadap dollar AS dampaknya harga-harga di pasaran menjadi tak terbendung lagi melambung tinggi sehingga masyarakat tidak memiliki daya beli. Bank-bank kecil berguguran, hanya tersisa bank-bank besar yang juga merasakan pahitnya krisis moneter. Hanya bank syariahlah yang sedikit atau bahkan tidak merasakan krisis ini, Bank Muamalat walaupun waktu tahun 1998 masih belia tapi selamat dari adzab riba waktu itu. Akhirnya pemerintah mulai menyadari, betapa pentingnya sistem syariah dalam ekonomi, akhirnya muncul Bank Syariah Mandiri, cikal bakal bank plat merah yang lahir dari induk konvensional. Krisis moneter tidak datang begitu saja, api saja tidak akan muncul tanpa adanya yang menyulut korek api, atau apa pun itu. Saat Indonesia sedang kesusahan mencari dana yang defesit dari budget atau APBN, maka saat itu pula, dewa palsu datang menghampiri dan  merayu presiden Indonesia waktu itu, Soeharto, merekalah  agen-agen setan, IMF atau Bank Dunia. Indonesia seolah-olah dibantu dan didonor oleh agen-agen setan tersebut dengan diberi kucuran dana yang banyak sekali dari kedua lembaga itu, sampai-sampai kalau dihitung uang Indonesia itu kalau ditanggung sama rakyat, tiap orangnya menanggung +/- 6 juta rupiah. Indoneia tidak gratis mendapat kucuran "uang haram" dari kedua lembaga setan itu, seperti biasa ada jaminan atau agunan. Akhirnya, tambang emas di Papua, dan Indosat pun dijual ke asing tanpa ada penyesalan sedikpun. Inilah cekikan dua agen setan tersebut.

Buku ini banyak menuai kritik dari para agen setan, tapi bagi saya agennya Allah, buku ini sangat relevan dan jujur dengan apa yang terjadi di Indonesia pada khususnya dan didunia pada umumnya.

Comments

Popular posts from this blog

Pengakuan John Perkins, Seorang Ekonom Perusak

Referensi Wajib dan Mendasar, serta Ringan Dipahami dalam Mengawali Kajian Islam