Pengakuan John Perkins, Seorang Ekonom Perusak

Judul Buku: Confessions of an Economic Hit Man, Edisi Bahasa Indonesia
Penulis: John Perkins
Publikasi: Penerbit Abdi Tandur
Penerjemah: Herman Tirtaatmaja dan Dwi Karyani
Editor: Michael AR. TOSIN
Layout: Asih Deas

Cerita bagaimana Amerika Serikat berubah dari republik yang dihormati menjadi kerajaan yang ditakuti.

Dalam cerita pribadi yang memukau ini, Perkins menceritakan perjuangan pribadinya dari seorang pelayan kerajaan menjadi pejuang yang gigih untuk hak asasi manusia dan orang-orang tertindas. Sebagai hasil rekrutmen terselubung oleh United States National Security Agency (US NSA) dan tercantum sebagai penerima gaji dari perusahaan konsultan internasional, dia berkelana ke berbagai pelosok dunia - ke Indonesia, Panama, Ekuador, Kolombia, Saudi Arabia, Iran, dan negara strategis lainnya.

Pekerjaannya adalah menerapkan kebijakan yang mempromosikan kepentingan korporatokrasi (koalisi pemerintah, bank, dan korporasi/perusahaan) Amerika Serika, sambil menyatakan minat mengurangi kemiskinan - suatu kebijakan yang sebenarnya mengasingkan berbagai bangsa serta menyebabkan peristiwa 11 September dan meningkatkan anti-Amerika. Korporatokrasi bukanlah sebuah konspirasi, tetapi anggota-anggotanya mendukung nilai dan sasaran bersama. Salah satu fungsi korporatokrasi yang terpenting adalah mengabadikan dan secara terus menerus memperluas dan memperkuat sistem ketergantungan sebuah negara dengan menyajikan model untuk mengkonsumsi, mengkonsumsi, mengkonsumsi. Setiap kesempatan akan dipergunakan untuk menyakinkan  suatu bangsa bahwa membeli berbagai barang adalah salah satu kewajiban sebagai warga negara dan menjarah bumi adalah tindakan yang baik dilakukan atas nama laju ekonomi dan hal itu akan memenuhi kepentingan yang lebih tinggi. Economic Hit Man merupakan sekelompok laki-laki dan perempuan elite yang memanfaatkan organisasi keuangan international untuk menimbulkan kondisi yang menjadikan bangsa-bangsa lain tunduk pada corporatocacy. Kondisi tersebut diskenariokan dalam bentuk pinjaman untuk mengembangkan infrastruktur seperti: pembangkit tenaga listrik, jalan raya, pelabuhan, bandar udara atau kawasan industri. Salah satu syarat pinjaman adalah: perusahaan kontraktor dari negara Amerika Serikat-lah yang mesti membangun semua proyek itu. Meskipun faktanya uang itu dikembalikan kepada korporasi, negara penerima bantuan diharuskan untuk membayar semuanya kembali, pokok pinjaman beserta bunganya. Jika seorang EHM berhasil sepenuhnya, pinjaman itu akan sedemikian besarnya sehingga penerima pinjaman terpaksa mengalami gagal bayar hutang sesudah beberapa tahun dan seperti mafia, para EHM akan menuntut pembayaran penuh.

Proses awal keterlibatan John Perkins dalam kegiatan korporatokrasi dimulai ada tahun 1971 saat ia menjalani proses perekrutan terselubung oleh United States National Security Agency dan tercantum sebagai penerima gaji dari perusahaan konsultan international untuk kemudian berkelana ke berbagai pelosok dunia (Indonesia, Panama, Ekuador, Kolombia, Saudi Arabia, Iran dan negara strategis lainnya). Lebih spesifik mengenai pekerjaannya, seorang Economic Hit Man akan memprediksi efek menginvestasikan miliaran dolar di suatu negara, dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 hingga 25 tahun ke depan dan mengevaluasi dampak berbagai proyek. Sebagai contoh, jika keputusan telah dibuat untuk meminjamkan uang USD $1 miliar kepada suatu negara, maka mereka akan membandingkan manfaat investasi uang tersebut jika diinvestasikan ke dalam proyek pembangkit tenaga listrik atau jaringan jalan kereta api nasional atau sistem telekomunikasi. Tugas pertama John Perkins adalah menghitung proyeksi ekonomi investasi sebuah negara berkembang yang berlokasi di wilayah tropis yang kaya minyak dan menurut pejabat pemerintahan Amerika Serikat pada waktu itu negara tersebut perlu diselamatkan dari paham komunisme, Indonesia.

Cerita dari Perkins menjelaskan seberapa jauh dia dan teman-temannya - yang mereka sebut sebagai Economic Hit Man (EHM) - bersedia terlibat. Dia menerangkan, misalnya bagaimana dia membantu penerapan skema yang akan menghancurkan jutaan dollar dari Saudi Arabia kembali ke ekonomi Amerika Serikat, sekaligus juga mempererat hubungan fundamentalis di Saudi Arabia dengan pemerintah Amerika Serikat.

Perkins memaparkan berbagai cara tersembunyi dari kerajaan untuk mengendalikan sejumlah peristiwa dramatis dalam sejarah, seperti kejatuhan Shah Iran, Kematian presiden Panama Omar Torrijos, dan invasi Amerika ke Panama, dan Irak.

Confessions of an Economic Hit Man - yang diperingatkan oleh banyak orang terutama yang berkepentingan agar tidak ditulis - mengemukakan pengetahuan tentang sistem yang memacu globalisasi dan memicu kemiskinan jutaan manusia di seluruh dunia.

Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pernah ditinggalinya untuk beberapa waktu dan ia terkesan dengan hal-hal indah dan tragis yang terekam dalam pengamatannya. Rumah-rumah besar kolonial Belanda dan bangunan mesjid-mesjid dengan menaranya, sementara itu di pojokan kota terlihat penderita-penderita kusta yang mengulurkan puntungan daging berdarah sebagai ganti tangan. Sungai-sungai jaman Belanda telah berubah fungsi menjadi comberan dengan dikelilingi oleh gubuk-gubuk karton tempat seluruh keluarga tinggal di sepanjang tepi sungai hitam yang penuh sampah. Tugas pertama melakukan prediksi investasi infrastruktur di Indonesia telah dilakukan dengan hasil yang cukup memuaskan sehingga John Perkins pun ditugaskan ke beberapa negara berkembang lainnya.

“Indonesia akan menjadi korban pertama saya…” begitulah perkataan John Perkins.

Saya sebagai warga bangsa Indonesia sempat penasaran dengan buku ini, ketika saya membaca beberapa ulasan di suatu majalah, akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku ini, Alhasil, sangat sulit mencarinya. Bermodalkan ikhtiar akhirnya saya menemukan buku ini di toko online penerbitnya, secara pre order pula, beruntungnya saya.

Ada beberapa hal yang harus kita jadikan pelajaran dari kisah hidup Perkins ini sebagai ekonom perusak ekonomi negara-negara berkembang. Pertama, Sulitnya pemerintah kita lepas dari pengaruh negara adidaya terutama Amerika Serikat sehingga dibutuhkan cara-cara jitu agar tidak terlalu bergantung dan didikte oleh Amerika Serikat. Kedua, Pemerintah harus tegas dan perkuat fondasi ekonomi dan militer kita untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ketiga, Pemerintah harus lebih intensif bekerjasama dengan negara-negara adidaya selain Amerika Serikat agar tidak bergantung pada AS.

Semoga bangsa Indonesia dapat belajar dari pengakuan ini dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan dulu yang mau didikte oleh Amerika Serikat karena bukan tidak mungkin, banyak Perkins-Perkins lain yang berkeliaran di bumi nusantara ini.


Comments

Popular posts from this blog

Bedah Buku Satanic Finance (Keuangan Setan) Karya A. Riawan Amin

Referensi Wajib dan Mendasar, serta Ringan Dipahami dalam Mengawali Kajian Islam